Republik
Twitter
Sudah lama
saya tidak menonton film yang punya kedekatan secara emosional ataupun
profesional. Bahkan rasanya baru kali ini deh menyaksikan film (buatan
Indonesia pula) yang sukses membuat saya menertawakan diri sendiri. Makanya
ketika kemarin mendapatkan kesempatan menyaksikan Gala Premier Republik
Twitter saya sangat menikmatinya. Linimassa (mungkin)
lebih dulu mengangkat tema twitter ke format film, dengan membahas
pemanfaatan twitter di Indonesia (dokumenter). Tapi Republik Twitter
sangat berbeda, isinya tidak hanya sebatas positif-negatif dari sebuah media
sosial. Semua hal yang umum kita jumpai dari twitter diangkat secara
blak-blakan. Termasuk pro-kontra twit berbayar & akun anonim. Republik
Twitter berkisah tentang Sukmo, yang mengagumi Hanum di twitter (dan
sebaliknya). Merasa sudah memiliki 'perasaan' yang sama, Sukmo nekat pergi ke
Jakarta untuk melanjutkan hubungan mereka ke tahap berikutnya: sebuah komitmen.
Tapi ketika pertama kali melihat sosok Hanum, Sukmo langsung minder. Hanum
adalah jurnalis muda dari kalangan berada, sedangkan Sukmo hanyalah
mahasiswa tingkat akhir yang untuk pergi ke Jakarta saja mesti numpang
& ngutang. Takdir membawa Sukmo ke Mas Belo, teman twitternya, yang
menawarkan dia pekerjaan: menjalankan kampanye digital (di twitter) untuk
seorang politisi. Sukmo menerima tawaran tersebut demi mengejar status
sosial agar berani menghadap Hanum. Siapa sangka pekerjaan tersebut justru
bisa menolong Hanum mengejar cita-citanya sekaligus mengacaukan
persahabatan Sukmo dengan teman-temannya? Republik Twitter memang film
tentang twitter (ya iyalah), dengan kata lain kalau bukan pengguna twitter
(saya rasa) sulit menangkap serunya konflik dalam film ini. Meski
sebetulnya adegan yang hadir di film Republik Twitter "ngena" juga
untuk semua orang yang rutin berselancar di dunia maya:
· - Jatuh cinta kepada sosok di dunia
maya,
· - Kopdar dan menemui kenyataan
"di internet asik, kok pas ketemu pendiem ya?"
· - Pemandangan miris betapa jejaring
sosial justru malah membuat penggunanya menjadi anti sosial; dan masih banyak
lagi.
Semua hal tersebut diramu secara pas dalam film berdurasi lebih
dari 100 menit ini. Ya, saya tidak menyangka filmnya akan panjang. Beruntung
skenario & pemilihan peran yang tepat sukses membuat film ini jauh dari
kata membosankan. Republik twitter juga menyajikan dialog & adegan yang
kocak (saya sempat beberapa kali terbahak mendengarnya), dan memiliki visual
yang menarik. Spesial efek di film ini dengan manis sukses membantu penonton
memahami peristiwa yang terjadi. Musik pengiringnya juga bagus dan menjadi
kesatuan dengan film ini. Selain itu, Republik Twitter juga membuat beberapa
gimmick yang diangkat dari hal-hal yang berkaitan dengan twitter. Menarik juga
melihat bumper yang diselipkan di antara beberapa scene ini. Ada yang ingat
gambar astronot melayang di situs lockerz? Muncul juga loh di film ini dalam
format parodi. Kalau kamu pengguna aktif twitter, saya sangat merekomendasikan
film Republik Twitter. Saya jamin pasti sangat menikmatinya. Bagaimana kalau
bukan pengguna twitter? Hmm.. Sudah ada beberapa peristiwa dunia yang
digerakkan/bermula dari twitter. Dan Indonesia sendiri termasuk salah satu
negara dengan jumlah pengguna twitter terbesar di dunia. Jadi menyaksikan film
ini bisa sedikit menambah wawasan kita, tentang jargon "sekarang ini,
suara twitter = suara rakyat".
Pemain :
·
Laura Basuki sebagai
Dyah Hanum Farani, seorang wartawan investigasi junior[1] |
akun twitter @DyahHanum.
·
Abimana
Aryasatya sebagai Sukmo Wiyogo | akun twitter @lorosukmo.
·
Enzy Storia sebagai
Nadya Cahyadi | akun twitter @NadyaCahyadi.
·
Ben Kasyafani sebagai
Andre Rahardian
·
Tio
Pakusadewo sebagai Kemal Pambudi | akun twitter @kemalpambudi.
·
Nina Tamam sebagai
Tante Nina
·
Jennifer
Arnelita sebagai Rika
·
Leroy Osmani sebagai
Arif Cahyadi
·
Gary Iskak sebagai
Agra
·
Otig Pakis sebagai
Kardi
·
Edy Oglek sebagai
Belo Harahap
Pernyataan Sutradara
Jejaring
sosial, dan bagaimana manusia mengubah pola komunikasinya melalui
mediasi-mediasi teknologi menjadi perhatian yang menarik. Twitter adalah salah
satu mediasi itu, di mana orang-orang bertemu, tumbuh, membesar, hancur dan
hilang. pencinta menemukan jodohnya, pecundang menghujat pecundang yang lain,
selebriti lahir dalam sehari dan beragam replika sosial yang ada dalam dunia
twitter adalah bekal dalam menyusun film ini.
Reverensi Artikel :
(https://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Twitter)