Jumat, 05 Januari 2018

Review Film Republik Twitter

Republik Twitter


Sudah lama saya tidak menonton film yang punya kedekatan secara emosional ataupun profesional. Bahkan rasanya baru kali ini deh menyaksikan film (buatan Indonesia pula) yang sukses membuat saya menertawakan diri sendiri. Makanya ketika kemarin mendapatkan kesempatan menyaksikan Gala Premier Republik Twitter saya sangat menikmatinya. Linimassa (mungkin) lebih dulu mengangkat tema twitter ke format film, dengan membahas pemanfaatan twitter di Indonesia (dokumenter). Tapi Republik Twitter sangat berbeda, isinya tidak hanya sebatas positif-negatif dari sebuah media sosial. Semua hal yang umum kita jumpai dari twitter diangkat secara blak-blakan. Termasuk pro-kontra twit berbayar & akun anonim. Republik Twitter berkisah tentang Sukmo, yang mengagumi Hanum di twitter (dan sebaliknya). Merasa sudah memiliki 'perasaan' yang sama, Sukmo nekat pergi ke Jakarta untuk melanjutkan hubungan mereka ke tahap berikutnya: sebuah komitmen. Tapi ketika pertama kali melihat sosok Hanum, Sukmo langsung minder. Hanum adalah jurnalis muda dari kalangan berada, sedangkan Sukmo hanyalah mahasiswa tingkat akhir yang untuk pergi ke Jakarta saja mesti numpang & ngutang. Takdir membawa Sukmo ke Mas Belo, teman twitternya, yang menawarkan dia pekerjaan: menjalankan kampanye digital (di twitter) untuk seorang politisi. Sukmo menerima tawaran tersebut demi mengejar status sosial agar berani menghadap Hanum. Siapa sangka pekerjaan tersebut justru bisa menolong Hanum mengejar cita-citanya sekaligus mengacaukan persahabatan Sukmo dengan teman-temannya? Republik Twitter memang film tentang twitter (ya iyalah), dengan kata lain kalau bukan pengguna twitter (saya rasa) sulit menangkap serunya konflik dalam film ini. Meski sebetulnya adegan yang hadir di film Republik Twitter "ngena" juga untuk semua orang yang rutin berselancar di dunia maya:
·        -  Jatuh cinta kepada sosok di dunia maya,
·         - Kopdar dan menemui kenyataan "di internet asik, kok pas ketemu pendiem ya?"
·         - Pemandangan miris betapa jejaring sosial justru malah membuat penggunanya menjadi anti sosial; dan masih banyak lagi.

Semua hal tersebut diramu secara pas dalam film berdurasi lebih dari 100 menit ini. Ya, saya tidak menyangka filmnya akan panjang. Beruntung skenario & pemilihan peran yang tepat sukses membuat film ini jauh dari kata membosankan. Republik twitter juga menyajikan dialog & adegan yang kocak (saya sempat beberapa kali terbahak mendengarnya), dan memiliki visual yang menarik. Spesial efek di film ini dengan manis sukses membantu penonton memahami peristiwa yang terjadi. Musik pengiringnya juga bagus dan menjadi kesatuan dengan film ini. Selain itu, Republik Twitter juga membuat beberapa gimmick yang diangkat dari hal-hal yang berkaitan dengan twitter. Menarik juga melihat bumper yang diselipkan di antara beberapa scene ini. Ada yang ingat gambar astronot melayang di situs lockerz? Muncul juga loh di film ini dalam format parodi. Kalau kamu pengguna aktif twitter, saya sangat merekomendasikan film Republik Twitter. Saya jamin pasti sangat menikmatinya. Bagaimana kalau bukan pengguna twitter? Hmm.. Sudah ada beberapa peristiwa dunia yang digerakkan/bermula dari twitter. Dan Indonesia sendiri termasuk salah satu negara dengan jumlah pengguna twitter terbesar di dunia. Jadi menyaksikan film ini bisa sedikit menambah wawasan kita, tentang jargon "sekarang ini, suara twitter = suara rakyat".

Pemain :
·         Laura Basuki sebagai Dyah Hanum Farani, seorang wartawan investigasi junior[1] | akun twitter @DyahHanum.
·         Abimana Aryasatya sebagai Sukmo Wiyogo | akun twitter @lorosukmo.
·         Enzy Storia sebagai Nadya Cahyadi | akun twitter @NadyaCahyadi.
·         Ben Kasyafani sebagai Andre Rahardian
·         Tio Pakusadewo sebagai Kemal Pambudi | akun twitter @kemalpambudi.
·         Nina Tamam sebagai Tante Nina
·         Jennifer Arnelita sebagai Rika
·         Leroy Osmani sebagai Arif Cahyadi
·         Gary Iskak sebagai Agra
·         Otig Pakis sebagai Kardi
·         Edy Oglek sebagai Belo Harahap

Pernyataan Sutradara
Jejaring sosial, dan bagaimana manusia mengubah pola komunikasinya melalui mediasi-mediasi teknologi menjadi perhatian yang menarik. Twitter adalah salah satu mediasi itu, di mana orang-orang bertemu, tumbuh, membesar, hancur dan hilang. pencinta menemukan jodohnya, pecundang menghujat pecundang yang lain, selebriti lahir dalam sehari dan beragam replika sosial yang ada dalam dunia twitter adalah bekal dalam menyusun film ini.


Reverensi Artikel        : (https://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Twitter)
Film                             : (https://www.youtube.com/watch?v=tiA06uaCURU)

Picture                         : (http://www.21cineplex.com/republik-twitter-movie,2737,02RTWR.htm

Kentang, Telur & Biji Kopi

Pada suatu hari, ada seorang anak perempuan yang mengeluh kepada ayahnya bahwa hidupnya sengsara dan bahwa dia tidak tahu bagaimana dia akan berhasil. Dia lelah berjuang dan berjuang sepanjang waktu.Tampaknya hanya salah satu dari masalahnya yang dapat ia selesaikan, kemudian masalah yang lainnya segera menyusul untuk dapat diselesaikan.
Ayahnya yang juga seorang koki membawanya ke dapur. Ia mengisi tiga panci dengan air dan menaruhnya di atas api yang besar. Setelah tiga panci tersebut mulai mendidih, ia memasukkan beberapa kentang ke dalam sebuah panci, beberapa telur di panci kedua, dan beberapa biji kopi di panci ketiga.
Kemudian ia duduk dan membiarkan ketiga panci tersebut di atas kompor agar mendidih, tanpa mengucapkan sepatah kata apapun kepada putrinya. Putrinya mengeluh dan tidak sabar menunggu, bertanya-tanya apa yang telah ayahnya lakukan.
Setelah dua puluh menit, ia mematikan kompor tersebut. Ia mengambil kentang dari panci dan menempatkannya ke dalam mangkuk. Ia mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk.

Kemudian ia menyendok kopi dan meletakkannya ke dalam cangkir. Lalu ia beralih menatap putrinya dan bertanya, “Nak, apa yang kamu lihat?”
“Kentang, telur, dan kopi,” putrinya buru-buru menjawabnya.
“Lihatlah lebih dekat, dan sentuh kentang ini”, kata sang ayah. Putrinya melakukan apa yang diminta oleh ayahnya dan mencatat di dalam otaknya bahwa kentang itu lembut. Kemudian sang ayah memintanya untuk mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapatkan sebuah telur rebus. Akhirnya, sang ayah memintanya untuk mencicipi kopi. Aroma kopi yang kaya membuatnya tersenyum.
“Ayah, apa artinya semua ini?” Tanyanya.
Kemudian sang ayah menjelaskan bahwa kentang, telur dan biji kopi masing-masing telah menghadapi kesulitan yang sama, yaitu air mendidih.
Namun, masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Kentang itu kuat dan keras. Namun ketika dimasukkan ke dalam air mendidih, ketang tersebut menjadi lunak dan lemah.
Telur yang rapuh, dengan kulit luar tipis melindungi bagian dalam telur yang cair sampai dimasukkan ke dalam air mendidih. Sampai akhirnya bagian dalam telur menjadi keras.
Namun, biji kopi tanah yang paling unik. Setelah biji kopi terkena air mendidih, biji kopi mengubah air dan menciptakan sesuatu yang baru.
“Kamu termasuk yang mana, nak?” tanya sang ayah kepada putrinya.
 “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana caramu dalam menghadapinya? Apakah kamu adalah sebuah kentang, telur, atau biji kopi?”
Pesan Moral : Dalam hidup ini, Banyak sesuatu yang terjadi di sekitar kita. Banyak hal-hal yang terjadi pada kita. Tetapi satu-satunya hal yang benar-benar penting adalah apa yang terjadi di dalam diri kita dan bagaimana cara kita menyelesaikan permasalahan tersebut. Akankah diselesaikan atau justru lari dari masalah.
Sesungguhnya dibalik setiap permasalahan yang kita hadapai, kita akan menuai pelarajaran berharga disetiap kisahnya. Dari situ pun kita akan dilatih menjadi orang yang lebih baik lagi dan lebih dewasa. Setelah itu pikiran akan terbuka, dan pandangan akan mulai terarah ke jalan yang lebih baik lagi.
Jadi, manakah diri anda? Apakah anda adalah sebuah kentang, telur, atau biji kopi?
artikel by  : (http://successbefore30.co.id/5-cerita-pendek-yang-dapat-memotivasi-dan-menginspirasi-anda/)
picture by : (http://www.howhaw.com/2011/12/antara-masalah-telur-kentang-dan-kopi.html)